Sabtu, 12 Oktober 2013

Selamat Jalan Kawan

Bu Efi (Istri) dan Anak-anak Alm. Ahmad Adam.
"Dikenang sebagai ayah yang baik dan pandai bergaul. Penembakan aparat brimob Polda Jambi memaksa keluarga untuk merelakan kepergiannya."
 
Rumah yang berdiri diujung  Jalan Harapan di Kelurahan Senyerang, Tanjung Jabung Barat, Jambi itu tampak sederhana sekali. Bangunan nya terbuat dari kayu dan memajang ke belakang dengan dua kamar tidur, ruang tamu, serambi dan dapur. Semua tampak serba sederhana. Itulah rumah tempat keluarga Ahmad Adam.

Masih hangat dalam ingatan Bu Efi, betapa suaminya selalu sibuk membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membiayai sekolah anak-anak mereka. Sebagai istri dia selalu mendukung usaha dan kerja keras suaminya; “Saya selalu berdo’a agar kelak kerja keras suami saya berbuah hasil. Walau sederhana, rumah ini menyimpan kenangan manis bagi saya dan anak-anak.” Kenang Bu Efi Kus Endang yang akrab dipanggil Bu Efi.
Karena tak memiliki pekerjaan tetap, Ahmad Adam terpaksa bekerja serabutan, kadang menjadi buruh tani dan kadang–berbekal keterampilan sebagai tukang–menjadi tukang saat ada warga yang membangun atau merenovasi rumah. Tapi Ahmad Adam yang dikenal baik di lingkungan kampung Senyerang itu tak banyak mengeluh dengan kesulitan hidupnya, kepada seisi rumahnya. Yang Bu Efi tau, betapa suaminya bertekad untuk menyekolahkan anak-anak mereka.


“Saya bangga dengan suami saya yang bertekad menyekolahkan anak-anak kami, meski keadaan ekonomi keluarga kami masih sulit.” Ujar Bu Efi lirih.

Ahmad Adam, dalam kenangan istri, anak-anak dan para warga di Kelurahan Senyerang dikenal sebagai peribadi yang baik dan pandai bergaul. “Dia tak segan-segan membantu warga lainnya, kendati kehidupannya masih sulit.” Sebut Pak Budi salah satu sahabat karibnya. Sontak, tiba-tiba semua cerita tentang pribadi baik Ahmad Adam berubah. Kejadian mencekam menimpa Bu Efi dan seisi Kampung Senyerang pada 8 November 2010 lalu. Ahmad Adam meninggal dunia ditembak Aparat Kepolisian (Brimob) Polda Jambi yang mengawal kapal milik salah satu anak perusahaan Sinarmas Forestry. Peristiwa ini terjadi saat ribuan warga Senyerang melakukan ‘aksi blokade’ Sungai Pengabuan untuk menuntut lahan kembali. PT Wirakarya Sakti (WKS) telah merampas 7.224 hektar lahan adat dan kebun petani Senyerang sejak tahun 2001.

Warga Senyerang meminta 3 unit kapal tanker pengangkut minyak, bubur kertas dan tissu milik PT Lontar Papyrus Pulp dan Paper Industry (LPPPI) untuk kembali ke pelabuhan. Dan kapal tersebut akan diperbolehkan kembali melintasi Sungai Pengabuan jika tuntutan warga dipenuhi. Tapi permintaan warga tak diacuhkan pihak perusahaan. Dengan pengawalan dari aparat Brimob, kapal-kapal milik perusahaan tersebut menerobos putus blokade yang dibuat warga berupa kawat yang melintasi Sungai Pengabuan. Menyaksikan kejadian ini, para warga mengejar kapal-kapal penerobos itu untuk meminta agar kembali ke pelabuhan. Tapi belum sampai ke kapal tangker, para warga di berondong peluru aparat Brimob dan akhirnya menyebabkan meninggalnya Ahmad Adam.  

“Kami semua menjadi panik, tidak jadi mengejar kapal penerobos, semua perhatian tertuju pada almarhum.” Tutur Pak Sugeng, salah seorang warga mengisahkan kejadian tersebut.

Almarhum Ahmad Adam meninggalkan seorang istri dan empat orang anak. Mereka bernama Rian Adam (14 tahun), siswa kelas 3 SMP Muhammadiyah Kuala Tungkal. Elfa Haryati (11 tahun), siswa kelas 6 SDN 10 Kelurahan Senyerang. Muhammad Romi (7 tahun) siswa kelas 2 di Sekolah Dasar yang sama dan Edwardono (2 tahun).

“Bagaimana nasib anak-anak saya. Sekolah mereka terancam putus karena tak punya biaya. Saya berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membantu anak-anak kami.” Kata Bu Efi separoh memelas.


Sehari setelah kejadian, Pemrov Jambi dan Pemda Kabupaten Tanjung Jabung Barat bersama pihak Kepolisian berkunjung ke rumah keluarga almarhum Ahmad Adam. Mereka menyatakan bela sungkawa dan memberi santunan cuma-cuma berupa uang, sembari berjanji akan mencari dan menghukum pelaku penembakan. Namun, walau si pelaku penembakan bernama Briptu Hamsar bin Sangkala sudah diketahui, pemerintah dan pihak kepolisian berlepas tangan. Mereka seolah-olah tak tau tentang kejadian itu. Alih-alih menghukum si pelakunya.


Kini Bu Efi dan anak-anaknya menanti keadilan. Janji pemerintah dan pihak kepolisian yang akan membantu ekonomi keluarga dan sekolah anak-anak almarhum ternyata hanya ucapan jempol belaka. Begitupun dengan seisi Kampung Senyerang. Mereka terus berjuang menuntut keadilan sembari tak putus berharap “Masihkah keadilan bersemaiam di hati penguasa?. Maukah pemerintah mengakui kelirunya kebijakan yang merampas hutan adat dan kebun mereka?. Dan akankah pemerintah mau mengembalikan tanah sebagai sumber kehidupan ribuan keluarga”. Jika tidak, mungkin benarlah anggapan yang menyatakan ada “perselingkuhan” antara Penguasa dan Pengusaha.


Selamat jalan kawan. Pengorbananmu bukanlah sesuatu yang sia-sia. Yang Maha Kuasa pasti membalas segala kebaikanmu. Kami akan lanjutkan perjuangan, kendati kami sadar resiko selalu terbentang didepan mata. Kepergianmu sungguh menyat hati kami semua dan keluarga yang engkau tinggalkan. Sebagai perhormatan dan untuk mengigat kebaikanmu, izinkan kami mengganti nama Jalan Harapan menjadi jalan Ahmad Adam. (ZAINUL MUBAROK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda di blog sederhana ini.